Rabu, 16 Mei 2012

Lebih Jauh Tentang Blackbox Sukhoi (Rusia) dan Blackbox Boeing (AS)

Keberadaan blackbox dalam sebuah kecelakaan penerbangan sangat penting sekali, sehingga dilakukan seluruh daya upaya agar benda oranye itu ditemukan secepatnya. Apabila ditemukan maka seluruh rekaman dari aktivitas pesawat yang mengalami kecelakaan tersebut akan diketahui. Demikian juga blackbox dari pesawat Sukhoi Superjet 100 yang kandas di sekitar Gunung Salak baru-baru ini. Menurut aturan internasional,penyelidikan terhadap blackbox dilakukan sesuai dengan tempat di mana kecelakaan tersebut terjadi.
Namun aspek politis sangat kental sekali dengan keberadaan blackbox dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang. Blackbox sangat terkait dengan eksistensi sebuah perusahaan pembuat pesawat terbang yang mengalami kecelakaan. Apabila terdapat kesalahan teknis dari pesawat yang mengalami kecelakaan tersebut maka pabrik pembuat pesawat tersebut akan mendapatkan citra negatif yang berdampak pada menurunnya omset penjualan produk pesawat tersebut di pasaran. Dengan demikian seluruh daya upaya akan dilakukan oleh yang berkepentingan.
Blackbox Sukhoi yang ditemukan dengan susah payah akan diolah di Indonesia yang dikoordinir oleh KNKT. Pihak Rusia pun menyetujuinya dengan mengirimkan para ahlinya ke Indonesia untuk bareng-bareng menganalisa blackbox tersebut. Namun apa yang terjadi 5 tahun silam, di awal tahun 2007 terjadi kecelakaan pesawat Adam Air yang menimpa pesawat jenis Boeing 737-400 buatan Amerika Serikat. Sebuah kecelakaan yang menggegerkan dunia penerbangan karena pesawatnya tercebur ke dalam laut di selat Makasar sehingga tidak ada korban yang selamat. Boeing yang berkepentingan dengan kecelakaan tersebut melakukan daya upaya dalam rangka pencarian blackbox di dasar laut dengan kedalaman 2000 meter.
Saat itu Boeing melalui pemerintah AS mengerahkan kapal survei oseanografi milik angkatan laut AS, USNS Mary Sears. Sebelumnya beberapa kapal perang dan kapal survei RI mencari reruntuhan bangkai pesawat di dasar laut dengan cara mendeteksi logam dasar laut, namun belum berhasil hanya beberapa titik koordinat dari hasil interpretasi deteksi sonar. Perlu diketahui bahwa untuk menemukan reruntuhan bangkai pesawat di dasar laut dengan kedalaman 2000 meter sangat sulit, karena dimensi pesawat terhadap kedalaman yang cukup dalam sangat mempengaruhi resolusi citra objek yang terekam. Apalagi untuk mencari blackbox yang dimensinya cukup kecil sekali jika dibandingkan dengan jarak vertikal kedalaman 2000 meter. Ibaratnya mencari jarum di hamparan sawah yang sangat luas.
Namun dengan segala kecanggihan yang ditonjolkan dari USNS Mary Sears dan dengan latar belakang negara AS yang digdaya dalam segala hal, akhirnya setelah sekitar 4 minggu kemudian, blackbox pesawat Boeing 737-400 ditemukan. Menurut kabar, blackbox tersebut langsung dibawa ke AS setelah sebelumnya diinformasikan mengenai detail pencarian barang kecil dan penting tersebut ke pihak pemerintah RI melalui Basarnas saat itu. Saat itu pihak Indonesia dalam posisi inferior, yang mengandung makna bahwa Indonesia hanya manggut-manggut saja apapun yang dikatakan oleh AS dalam hal ini penemuan blackbox Boeing di kedalaman laut 2000 meter, tanpa lebih jauh mengkritisinya.
Apa yang bisa dianalisa dari 2 kejadian pencarian blackbox dari kecelakaan pesawat antara buatan Rusia dan AS tersebut?
Indonesia seolah-olah tidak berdaya dengan kekuatan AS (Boeing) dengan mempersilahkan kapal angkatan lautnya yang canggih masuk kedalam wilayah teritori Indonesia dalam rangka pencarian blackbox yang sangat susah, dan hasilnya blackbox diboyong ke AS. Sementara blackbox Rusia (Sukhoi) begitu ditemukan, Indonesialah yang mendikte Rusia dengan menyatakan bahwa blackbox harus diolah di Indonesia, dan pihak Rusia pun maklum adanya, dengan alasan peraturan internasional.
Dari sini dapat dipahami bahwa kekuatan politik lebih dominan dalam penanganan blackbox suatu pesawat yang mengalami kecelakaan. Sudah jelas di depan mata kita, bahwa Boeing ingin menguasai dan mendominasi bisnis penerbangan internasional terutama di Indonesia yang merupakan pangsa pasar yang besar. Apabila kekuatan politik suatu negara sudah bermain, maka pihak-pihak intelijen terkait yang akan mengeksekusinya, termasuk cara kerja intelijen yang akan mendominasi dalam permainan bisnis besar ini.
Pemerintah RI dalam urusan yang terkait dengan AS melakukan sikap yang dualisme. Untuk pihak AS, tidak ada kebijakan yang mengikat, blackbox boleh dibawa ke Boeing. Untuk pihak di luar AS, harus diterapkan kebijakan yang mengikat, blackbox harus diolah di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar