Keberadaan blackbox dalam sebuah kecelakaan
penerbangan sangat penting sekali, sehingga dilakukan seluruh daya upaya
agar benda oranye itu ditemukan secepatnya. Apabila ditemukan maka
seluruh rekaman dari aktivitas pesawat yang mengalami kecelakaan
tersebut akan diketahui. Demikian juga blackbox dari pesawat Sukhoi
Superjet 100 yang kandas di sekitar Gunung Salak baru-baru ini. Menurut
aturan internasional,penyelidikan terhadap blackbox dilakukan sesuai dengan tempat di mana kecelakaan tersebut terjadi.
Namun aspek politis sangat
kental sekali dengan keberadaan blackbox dalam sebuah kecelakaan pesawat
terbang. Blackbox sangat terkait dengan eksistensi sebuah perusahaan
pembuat pesawat terbang yang mengalami kecelakaan. Apabila
terdapat kesalahan teknis dari pesawat yang mengalami kecelakaan
tersebut maka pabrik pembuat pesawat tersebut akan mendapatkan citra
negatif yang berdampak pada menurunnya omset penjualan produk pesawat
tersebut di pasaran. Dengan demikian seluruh daya upaya akan dilakukan
oleh yang berkepentingan.
Blackbox Sukhoi yang ditemukan dengan
susah payah akan diolah di Indonesia yang dikoordinir oleh KNKT. Pihak
Rusia pun menyetujuinya dengan mengirimkan para ahlinya ke Indonesia
untuk bareng-bareng menganalisa blackbox tersebut. Namun apa yang
terjadi 5 tahun silam, di awal tahun 2007 terjadi kecelakaan pesawat
Adam Air yang menimpa pesawat jenis Boeing 737-400 buatan Amerika
Serikat. Sebuah kecelakaan yang menggegerkan dunia penerbangan karena
pesawatnya tercebur ke dalam laut di selat Makasar sehingga tidak ada
korban yang selamat. Boeing yang berkepentingan dengan kecelakaan
tersebut melakukan daya upaya dalam rangka pencarian blackbox di dasar
laut dengan kedalaman 2000 meter.
Saat itu Boeing melalui pemerintah AS
mengerahkan kapal survei oseanografi milik angkatan laut AS, USNS Mary
Sears. Sebelumnya beberapa kapal perang dan kapal survei RI mencari
reruntuhan bangkai pesawat di dasar laut dengan cara mendeteksi logam
dasar laut, namun belum berhasil hanya beberapa titik koordinat dari
hasil interpretasi deteksi sonar. Perlu diketahui bahwa untuk menemukan
reruntuhan bangkai pesawat di dasar laut dengan kedalaman 2000 meter
sangat sulit, karena dimensi pesawat terhadap kedalaman yang cukup dalam
sangat mempengaruhi resolusi citra objek yang terekam. Apalagi untuk
mencari blackbox yang dimensinya cukup kecil sekali jika dibandingkan
dengan jarak vertikal kedalaman 2000 meter. Ibaratnya mencari jarum di
hamparan sawah yang sangat luas.
Namun dengan segala kecanggihan yang
ditonjolkan dari USNS Mary Sears dan dengan latar belakang negara AS
yang digdaya dalam segala hal, akhirnya setelah sekitar 4 minggu
kemudian, blackbox pesawat Boeing 737-400 ditemukan. Menurut kabar,
blackbox tersebut langsung dibawa ke AS setelah sebelumnya
diinformasikan mengenai detail pencarian barang kecil dan penting
tersebut ke pihak pemerintah RI melalui Basarnas saat itu. Saat itu
pihak Indonesia dalam posisi inferior, yang mengandung makna bahwa
Indonesia hanya manggut-manggut saja apapun yang dikatakan oleh AS dalam
hal ini penemuan blackbox Boeing di kedalaman laut 2000 meter, tanpa
lebih jauh mengkritisinya.
Apa yang bisa dianalisa dari 2 kejadian pencarian blackbox dari kecelakaan pesawat antara buatan Rusia dan AS tersebut?
Indonesia seolah-olah tidak berdaya
dengan kekuatan AS (Boeing) dengan mempersilahkan kapal angkatan lautnya
yang canggih masuk kedalam wilayah teritori Indonesia dalam rangka
pencarian blackbox yang sangat susah, dan hasilnya blackbox diboyong ke
AS. Sementara blackbox Rusia (Sukhoi) begitu ditemukan, Indonesialah
yang mendikte Rusia dengan menyatakan bahwa blackbox harus diolah di
Indonesia, dan pihak Rusia pun maklum adanya, dengan alasan peraturan
internasional.
Dari sini dapat dipahami bahwa
kekuatan politik lebih dominan dalam penanganan blackbox suatu pesawat
yang mengalami kecelakaan. Sudah jelas di depan mata kita, bahwa Boeing
ingin menguasai dan mendominasi bisnis penerbangan internasional
terutama di Indonesia yang merupakan pangsa pasar yang besar. Apabila
kekuatan politik suatu negara sudah bermain, maka pihak-pihak intelijen
terkait yang akan mengeksekusinya, termasuk cara kerja intelijen yang
akan mendominasi dalam permainan bisnis besar ini.
Pemerintah RI dalam urusan yang
terkait dengan AS melakukan sikap yang dualisme. Untuk pihak AS, tidak
ada kebijakan yang mengikat, blackbox boleh dibawa ke Boeing. Untuk
pihak di luar AS, harus diterapkan kebijakan yang mengikat, blackbox
harus diolah di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar